Semifinal Liga Champions: Menanti Kejutan Di Matteo

Selain dari sisi klub dan kostum, fenomena tiga lawan satu juga terlihat dari segi pelatih. Setidaknya ada dua hal yang menonjol. Pertama, perbandingan prestasi di Liga Champions. Tiga pelatih pernah merasakan manisnya juara, sedangkan satu pelatih belum pernah mencicipi hal itu.

Josep Guardiola yang menukangi FC Barcelona telah menjuarai Liga Champions musim 2008-09 dan 2010-11. Prestasi serupa dimiliki pelatih Real Madrid, Jose Mourinho. Dia meraih trofi Big Ear pada 2003-04 bersama FC Porto dan musim 2009-10 kala menukangi Internazionale Milan. Sedangkan satu titel pernah direbut Jupp Heynckes, pelatih Bayern München, saat menangani Madrid pada 1997-98.

Ketiga pelatih jawara itu mengepung Roberto Di Matteo, pelatih Chelsea yang tak punya jejak mentereng di Liga Champions. Bukan hanya dari segi titel, dia pun inferior dalam hal pengalaman. Bertugas sejak leg II babak 16-besar, dia tercatat baru melakoni tiga laga sebagai pelatih di kancah Liga Champions.

Angka itu sangat jauh dari koleksi tiga pelatih lain. Mourinho telah melalui 93 laga di ajang antarklub paling bergengsi di Eropa tersebut. Sementara Guardiola dan Heynckes mendekati angka 50. Pep telah melakoni 48 partai, sedangkan Heynckes 43 pertandingan. Bedanya, koleksi Heynckes mencakup pula laga-laga pada format lama yang dikenal sebagai Piala Champions.

Perbedaan kedua terlihat dalam hal status. Di Matteo lagi-lagi berbeda dengan tiga pelatih lainnya. Dia berpredikat sebagai caretaker hingga akhir musim, sedangkan Mourinho, Guardiola, dan Heynckes adalah pelatih definitif di klub masing-masing. Sebelumnya, dua caretaker pelatih terakhir yang bertugas di semifinal juga menukangi Chelsea, yakni Avram Grant dan Guus Hiddink. Grant sanggup membawa The Blues menjadi runner-up musim 2007-08, sementara Hiddink tak mampu membawa timnya lolos ke final musim 2008-09.

Menilik fakta-fakta itu, kans Di Matteo boleh dikatakan tipis. Namun, itu bukan berarti dia tak memiliki harapan untuk membuat kejutan. Sejak Milenium baru, tepatnya 2000-01, ada lima pelatih yang berhasil merengkuh titel pertama di Liga Champions. Mereka adalah Carlo Ancelotti, Mourinho, Rafael Benitez, Frank Rijkaard, dan Guardiola.
Terlepas dari fakta-fakta tersebut, ada hal menarik. Keempat pelatih semifinalis memiliki satu kesamaan. Mereka sama-sama memiliki rasio kemenangan di atas 50 persen. Di Matteo tercatat mengemas 100 persen kemenangan karena tak terkalahkan dalam tiga laga yang dilewatinya. Di belakangnya adalah Heynckes dengan rasio kemenangan 67,4 persen, Guardiola (62,5 persen), dan Mourinho (54,8 persen).



sumber : http://duniasoccer.com/Duniasoccer/Internasional/Antarklub/Champions/News/Semifinal-Liga-Champions-Menanti-Kejutan-Di-Matteo

0 komentar:

Posting Komentar